Translate

Sabtu, 09 Juni 2012

Personil KPI angkatan 2010

assalamu'alaikum. wr. wb.
gimana kabarnya nih temen2, pd kesempatan kali ini akan memperkenalkan personil kpi 2010 yang merupakan calon juru dakwah yang gigih dan cerdas.
berikut personil secara keseluruhan.


tampak ini adalah personil lengkap awal kpi terbentuk. namun sayang sekali. tidak beberapa lama, ada beberapa anggota yang memundurkan diri karena situasi dan kondisi yang tidak mendukung. (Rest In Peace for Syuhada).
tapi, tidak apa saya yakin temen2 baik yang masih bertahan dan yang gugur akan sama suksesnya. Amin.
 dan ini adalah personil pertama kita subchi cahyadi alias ahong
masa kecil

sekarang

eh, sekarang udah nikah

titin (maap ga ada foto nikahannya)









aisyah





alif ba ta
umi salamah
pak jamal (maaf ga dpet foto pas nikahnya)


ini adalah salah satu wawancara jurnalistik yang dilakukan oleh salah satu mahasiswa terbaik IAIN Syekh Nurjati Cirebon di Ponpes. Miftahul Falah (Miffal), Grenjeng, Harjamukti Cirebon.
silahkan temen2 yg ingin mempelajari cara meliput yang baik dan bener meski dengan peralatan yang sederhana (kamera HP). namun hasil yag dihasilkan tidak terlalu mengecewakan

Definisi, Hakikat dan Ruang Lingkup Komunikasi Antar Budaya


HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI DENGAN BUDAYA
Sebelum kita mengetahui apa definisi dari Komunikasi Antar Budaya, kita harus mengetahui terlebih dahulu tentang hubungan antara komunikasi dengan budaya itu sendiri. Seperti yang kita ketahui bersama, Pembicaraan tentang komunikasi akan diawali dengan asumsi bahwa komunikasi berhubungan dengan kebutuhan manusia dan terpenuhinya kebutuhan berinteraksi dengan manusia-manusia lainnya. Kebutuhan berhubungan sosial ini terpenuhi melalui pertukaran pesan yang berfungsi sebagai jembatan untuk mempersatukan manusia-manusia yang tanpa berkomunikasi akan terisolasi.
Adapun budaya itu sendiri berkenaan dengan cara hidup manusia. Bahasa, persahabatan, kebiasaan makan, praktek komunikasi, tindakan-tindakan sosial, kegiatan-kegiatan ekonomi dan politik dan teknologi semuanya didasarkan pada pola-pola budaya yang ada di masyarakat.
Budaya adalah suatu konsep yang membangkitkan minat. Secara formal budaya didefinisikan sebagai tatanan pengetahuan, pengalaman, kepercayaan, nilai, sikap, makna, hirarki, agama, waktu, peranan, hubungan ruang, konsep alam semesta, objek-objek materi dan milik yang diperoleh sekelompok besar orang dari generasi ke generasi melalui usaha individu dan kelompok. (Mulyana, 1996:18)
Budaya dan komunikasi tak dapat dipisahkan satu sama lain, karena budaya tidak hanya menentukan siapa bicara dengan siap, tentang apa dan bagaimana orang menyandi pesan, makna yang ia miliki untuk pesan, dan kondisi-kondisinya untuk mengirim, memperhatikan dan menafsirkan pesan. Budaya merupakan landasan komunikasi sehingga bila budaya beraneka ragam maka beraneka ragam pula praktek-praktek komunikasi yang berkembang.
DEFINISI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA
Definisi yang pertama dikemukakan didalam buku “Intercultural Communication: A Reader” dimana dinyatakan bahwa komunikasi antar budaya (intercultural communication) terjadi apabila sebuah pesan (message) yang harus dimengerti dihasilkan oleh anggota dari budaya tertentu untuk konsumsi anggota dari budaya yang lain (Samovar & Porter, 1994, p. 19).
Definisi lain diberikan oleh Liliweri bahwa proses komunikasi antar budaya merupakan interaksi antarpribadi dan komunikasi antarpribadi yang dilakukan oleh beberapa orang yang memiliki latar belakang kebudayaan yang berbeda (2003, p. 13). Apapun definisi yang ada mengenai komunikasi antar budaya (intercultural communication) menyatakan bahwa komunikasi antar budaya terjadi apabila terdapat 2 (dua) budaya yang berbeda dan kedua budaya tersebut sedang melaksanakan proses komunikasi.
Menurut Stewart L. Tubbs, komunikasi antarbudaya adalah komunikasi antara orang-orang yang berbeda budaya (baik dalam arti ras, etnik, atau perbedaan-perbedaan sosio ekonomi).
Hamid Mowlana menyebutkan komunikasi antarbudaya sebagai human flow across national boundaries. Misalnya; dalam keterlibatan suatu konfrensi internasional dimana bangsa-bangsa dari berbagai negara berkumpul dan berkomunikasi satu sama lain. Sedangkan Fred E. Jandt mengartikan komunikasi antarbudaya sebagai interaksi tatap muka di antara orang-orang yang berbeda budayanya. (Intercultural communication generally refers to face-to-face interaction among people of diverse culture).
Guo-Ming Chen dan William J. Sartosa mengatakan bahwa komunikasi antarbudaya adalah proses negosiasi atau pertukaran sistem simbolik yang membimbing perilaku manusia dan membatasi mereka dalam menjalankan fungsinya sebagai kelompok yang berbeda latar belakang budayanya. Selanjutnya komunikasi antarbudaya itu dilakukan:
  1. Dengan negosiasi untuk melibatkan manusia di dalam pertemuan antarbudaya yang membahas satu tema (penyampaian tema melalui simbol) yang sedang dipertentangkan. Simbol tidak sendirinya mempunyai makna tetapi dia dapat berarti ke dalam satu konteks dan makna-makna itu dinegosiasikan atau diperjuangkan;
  2. Melalui pertukaran sistem simbol yang tergantung dari persetujuan antar subjek yang terlibat dalam komunikasi, sebuah keputusan dibuat untuk berpartisipasi dalam proses pemberian makna yang sama;
  3. Sebagai pembimbing perilaku budaya yang tidak terprogram namun bermanfaat karena mempunyai pengaruh terhadap perilaku kita;
  4. Menunjukkan fungsi sebuah kelompok sehingga kita dapat membedakan diri dari kelompok lain dan mengidentifikasinya dengan berbagai cara.
Hakikat Komunikasi Antarbudaya
Jelas, karena Komunikasi antar budaya maka mau tidak mau pasti melibatkan kebudayaan antar kedua belah pihak yang berkomunikasi. Kebudayaan adalah cara hidup yang berkembang dan dianut oleh sekelompok orang serta berlangsung dari generasi ke generasi. Jadi sudah pasti adanya dua fenomena unik, yaitu Enkulturasi dan Akulturasi.
Enkulturasi
Enkulturasi mengacu pada proses dimana kultur (budaya) ditransmisikan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Kita mempelajari kultur, bukan mewarisinya. Kultur ditransmisikan melalui proses belajar, bukan melalui gen. Orang tua, kelompok, teman, sekolah, lembaga keagamaan, dan lembaga pemerintahan merupakan guru-guru utama dibidang kultur. Enkulturasi terjadi melalui mereka. Contoh adalah pembelajaran seni Tari Topeng di sanggar Tari Keraton Kacirebonan.
Akulturasi
Akulturasi mengacu pada proses dimana kultur seseorang dimodifikasi melalui kontak atau pemaparan langsung dengan kultur lain. Misalnya, bila sekelompok imigran kemudian berdiam di Amerika Serikat (kultur tuan rumah), kultur mereka sendiri akan dipengaruhi oleh kultur tuan rumah ini. Berangsur-angsur, nilai-nilai, cara berperilaku, serta kepercayaan dari kultur tuan rumah akan menjadi bagian dari kultur kelompok imigran itu. Pada waktu yang sama, kultur tuan rumah pun ikut berubah.
KOMUNIKASI LINTAS BUDAYA VS KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA
Menurut Joseph A Devito, dalam bukunya “Communicology an introduction to the study of communication”,Harper & Row, New York, 1976 mengatakan bahwa komunikasi lintas budaya berbeda dengan komunikasi antar budaya.
Jika komunikasi lintas budaya lebih menekankan pada perbandingan pola-pola komunikasi antarpribadi diantara peserta komunikasi yang berbeda kebudayaan, maka studi komunikasi antarbudaya lebih mendekati objek melalui pendekatan kritik budaya.
Aspek utama dari komunikasi antar budaya adalah komunikasi antar pribadi diantara komunikator dan komunikan yang kebudayaannya berbeda. Tidak masalah apakah kejadian itu terjadi dalam satu bangsa atau antar bangsa yang berbeda, yang jelas adalah budayanya yang berbeda.
KOMUNIKASI TRANSRASIAL VS KOMUNIKASI INTERNASIONAL
Selanjutnya untuk menghindari ketumpang tindihan yang sering terjadi maka selanjutnya kita akan membicarakan kajian komunikasi internasional. Masih dalam buku karya Joseph A. Devito yang sama, dijelaskan pula perbedaan antara komunikasi transrasial dengan komunikasi internasional.
Komunikasi internasional merupakan komunikasi yang bersifat interaktif yang menggunakan media. Objek formal komunikasi internasional senantiasa berhubungan dengan media massa yang dianggap sebagai agen penyebaran berita-berita internasional dari media “sumber” di satu negara kepada “penerima” di negara lain. Komunikasi internasional pada umumnya melibatkan dua atau lebih negara di mana produk komunikasi massa disebarkan melintasi batas negara melalui struktur jaringan komunikasi tertentu.
Secara lebih spesifik, studi-studi komunikasi internasional dapat dikategorikan atas pendekatan maupun metodologi sebagai berikut:
1. Pendekatan peta bumi (geographical approach) yang membahas arus informasi maupun, liputan internasional pada bangsa atau negara tertentu, wilayah tertentu, ataupun lingkup dunia, disamping antar wilayah.
2. Pendekatan media (media approach), adalah pengkajian berita internasional melalui satu medium atau multi media.
3. Pendekatan peristiwa (event approach) yang mengkaji satu peristiwa lewat medium.
4. Pendekatan ideologis (ideological approach), yang membandingkan sistem pers antar bangsa atau melihat penyebaran arus berita internasional dari sudut ideologis semata-mata.
Selanjutnya kita akan membicarakan tentang komunikasi transrasial. Transrasial berarti melintasi batas rasial. Dalam antropologi, konsep transrasial ini sama dengan konsep antar etnik. Smith (1973) mengatakan bahwa kelompok etnik adalah sekelompok orang yang dipersatukan oleh kesamaan warisan sejarah, kebudayaan, aspirasi, cita-cita dan harapan, tujuan, bahkan kecemasan dan ketakutan yang sama.
Komunikasi transrasial sebenarnya memiliki kemiripan dengan komunikasi lintas budaya, hanya saja dalam komunikasi transrasial lebih diarahkan pada proses komunikasi internasional yang meliputi komunikasi diantara mereka yang berbeda etnik dan ras. Komunikasi transrasial bisa berbentuk diadic dan bisa juga berbentuk komunikasi massa.
Ada empat kategorisasi komunikasi transrasial “diadic” yang didasarkan pada:
1) Kesamaan kodifikasi, yang meliputi proses pembakuan kode-kode komunikasi/simbol dan “sign” yang tumpang tindih;
2) Kedekatan pengirim dan penerima;
3) masalah perspektif; dan
4) Keterampilan umum berkomunikasi.
MEMAHAMI PERBEDAAN-PERBEDAAN BUDAYA
Budaya adalah gaya hidup unik suatu kelompok manusia tertentu. Budaya bukanlah sesuatu yang dimiliki oleh sebagian orang dan tidak dimiliki oleh sebagian orang yang lainnya – budaya dimiliki oleh seluruh manusia dan dengan demikian seharusnya budaya menjadi salah satu faktor pemersatu.
Pada dasarnya manusia-manusia menciptakan budaya atau lingkungan sosial mereka sebagai suatu adaptasi terhadap lingkungan fisik dan biologis mereka. Individu-individu sangat cenderung menerima dan mempercayai apa yang dikatakan budaya mereka. Mereka dipengaruhi oleh adat dan pengetahuan masyarakat dimana mereka tinggal dan dibesarkan, terlepas dari bagaimana validitas objektif masukan dan penanaman budaya ini pada dirinya. Individu-individu itu cenderung mengabaikan atau menolak apa yang bertentangan dengan “kebenaran” kultural atau bertentangan dengan kepercayaan-kepercayaannya. Inilah yang seringkali merupakan landasan bagi prasangka yang tumbuh diantara anggota-anggota kelompok lain, bagi penolakan untuk berubah ketika gagasan-gagasan yang sudah mapan menghadapi tantangan.
Setiap budaya memberi identitas kepada sekolompok orang tertentu sehingga jika kita ingin lebih mudah memahami perbedaan-perbedaan yang terdapat dalam msaing-masing budaya tersebut paling tidak kita harus mampu untuk mengidentifikasi identitas dari masing-masing budaya tersebut yang antara lain terlihat pada:
Komunikasi dan Bahasa
Sistem komunikasi, verbal maupun nonverbal, membedakan suatu kelompok dari kelompok lainnya. Terdapat banyak sekali bahasa verbal diseluruh dunia ini demikian pula bahasa nonverbal, meskipun bahasa tubuh (nonverbal) sering dianggap bersifat universal namun perwujudannya sering berbeda secara lokal.
• Pakaian dan Penampilan
Pakaian dan penampilan ini meliputi pakaian dan dandanan luar juga dekorasi tubuh yang cenderung berbeda secara kultural.
• Makanan dan Kebiasaan Makan
Cara memilih, menyiapkan, menyajikan dan memakan makanan sering berbeda antara budaya yang satu dengan budaya yang lainnya. Subkultur-subkultur juga dapat dianalisis dari perspektif ini, seperti ruang makan eksekutif, asrama tentara, ruang minum teh wanita, dan restoran vegetarian.
Waktu dan Kesadaran akan waktu
Kesadaran akan waktu berbeda antara budaya yang satu dengan budaya lainnya. Sebagian orang tepat waktu dan sebagian lainnya merelatifkan waktu.
• Penghargaan dan Pengakuan
Suatu cara untuk mengamati suatu budaya adalah dengan memperhatikan cara dan metode memberikan pujian bagi perbuatan-perbuatan baik dan berani, lama pengabdian atau bentuk-bentuk lain penyelesaian tugas.
• Hubungan-Hubungan
Budaya juga mengatur hubungan-hubungan manusia dan hubungan-hubungan organisasi berdasarkan usia, jenis kelamin, status, kekeluargaan, kekayaan, kekuasaan, dan kebijaksanaan.
• Nilai dan Norma
Berdasarkan sistem nilai yang dianutnya, suatu budaya menentukan norma-norma perilaku bagi masyarakat yang bersangkutan. Aturan ini bisa berkenaan dengan berbagai hal, mulai dari etika kerja atau kesenangan hingga kepatuhan mutlak atau kebolehan bagi anak-anak; dari penyerahan istri secara kaku kepada suaminya hingga kebebasan wanita secara total.
• Rasa Diri dan Ruang
Kenyamanan yang dimiliki seseorang atas dirinya bisa diekspresikan secara berbeda oleh masing-masing budaya. Beberapa budaya sangat terstruktur dan formal, sementara budaya linnya lebih lentur dan informal. Beberapa budaya sangat tertutup dan menentukan tempat seseorang secara persis, sementara budaya-budaya lain lebih terbuka dan berubah.
• Proses mental dan belajar
Beberapa budaya menekankan aspek perkembangan otak ketimbang aspek lainnya sehingga orang dapat mengamati perbedaan-perbedaan yang mencolok dalam cara orang-orang berpikir dan belajar.
• Kepercayaan dan sikap
Semua budaya tampaknya mempunyai perhatian terhadap hal-hal supernatural yang jelas dalam agama-agama dan praktek keagamaan atau kepercayaan mereka.
ASUMSI-ASUMSI DALAM KOMUNIKASI ANTARBUDAYA
“Berbicaralah dengan bahasa mereka”. Jargon ini adalah kunci penting dalammewujudkan komunikasi. Seorang komunikator yang baik adalah mereka yang memiliki kemampuan berbahasa (verbal dan nonverbal) yang dipahami oleh komunikannya. Sitaram dan Cogdell (1976) menyampaikan, bahwa komunikasi yang efektif dengan orang lain akan berhasil apabila kita mampu memilih dan menjalankan teknik-teknik berkomunikasi, serta menggunakan bahasa yang sesuai dengan latar belakang mereka. Atas dasar uraian di atas, beberapa asumsi komunikasi antarbudaya didasarkan atas hal-hal berikut:
a.Komunikasi antarbudaya dimulai dengan anggapan dasar bahwa ada perbedaan persepsi antara komunikator dengan komunikan.
b.Dalam komunikasi antarbudaya terkandung isi dan relasi antarpribadi.
c.Gaya personal mempengaruhi komunikasi antarpribadi.
d.Komunikasi antarbudaya bertujuan mengurangi tingkat ketidakpastian.
e.Komunikasi berpusat pada kebudayaan.
f. Efektivitas antarbudaya merupakan tujuan komunikasi antarbudaya (Liliweri, 2003:15).
RUANG LINGKUP KOMUNIKASI ANTARBUDAYA
Sebagaimana telah diungkapkan di muka, komunikasi antarbudaya merupakansalah satu bidang studi dari ilmu komunikasi. Oleh karena itu, komunikasi antarbudaya mempunyai objek formal, yaitu mempelajari komunikasi antarpribadi yang dilakukan oleh seorang komunikator sebagai produsen pesan dari suatu kebudayaan dengan konsumen pesan atau komunikan dari kebudayaan yang lain. Komunikasi antarbudaya berkaitan dengan hubungan timbal balik antara sifat-sifat yang terkandung dalam komunikasi, kebudayaan yang pada gilirannya menghasilkan sifat-sifat komunikasi antarbudaya. Pada dasarnya, ruang lingkup komunikasi antarbudaya tidak jauh berbeda dengan komunikasi secara umum. Namun yang menjadi penekanannya yaitu pada perbedaan budaya diantara para peserta komunikasinya. Berdasarkan analisis sederhana,merumuskan ruang lingkup komunikasi antarbudaya jdapat ditelusuri dengan cara megintegrasikan berbagai konseptualisasi tentang dimensi kebudayaan dalam konteks komunikasi antarbudaya. Adapun dimensi yang perlu diperhatikan adalah:
1. Tingkat masyarakat kelompok budaya dari para pelaku komunikasi;
2. Konteks sosial tempat terjadinya komunikasi antarbudaya;
3. Saluran komunikasi yang dilalui oleh pesan-pesan komunikasi antarbudaya, baik yang bersifat verbal maupun nonverbal


DAFTAR PUSTAKA
http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/05/komunikasi-antar-budaya-definisi-dan.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Komunikasi_antarbudaya
http://etno06.wordpress.com/2010/01/10/alasan-mempelajari-komunikasi-lintas-budaya


Di sengaja ataukah hanya sebuah kebetulan saja


Disengaja ataukah sebuah kebetulan??
Sadarkah anda, bahwa kenapa bangsa kita selalu terbelakang mentalnya (atau mungkin lebih tepatnya sakit jiwa akut). Padahal kita lebih dari 65 tahun Negara kita telah merdeka dari segala macam bentuk penjajahan. Tahukah anda, yang menyebabkan mental bangsa kita seperti ini salah satunya adalah dengan music atau lebih tepatnya lagu. Dan parahnya lagi lagu tersebut bukanlah pada lagu orang dewasa,  melainkan pada lagu anak-anak. Coba kita cermati baik-baik setiap lirik dari lagu anak-anak yang mungkin anda hapal atau minimal pernah terdengar ditelinga anda baik saat kalian masih kanak-kanak atau baru-baru ini.
1)       Pertama lagu “BALONKU” yang mengajarkan anak untuk bodoh dalam menghitung. Coba kita perhatikan liriknya baik-baik:
“Balonku ada lima, rupa-rupa warnanya. Merah, kuning, kelabu, merah muda dan biru. Meletus balon hijau door.. hatiku sangat kacau. Balonku tinggal empat, kupegang erat-erat.”
Masih belum paham?? Didalam lagu ini disebutkan bahwa si anak memiliki berjumlah 5 buah, akan tetapi tiba-tiba saja muncul balon warna hijau yang meletus. Padahal warna hijau tidak disebutkan dalam lirik lagu tersebut oleh sianak. Mestinya kalau begitu, liriknya menjadi balonku ada 6 dong,kemudian meletus balon warna hijau dan balon punya sianak menjadi 5 buah, bukannya tinggal 4. Disini jelas-jelas sutu pembodohan, dan mungkin sampai sekarang adik-adik kita atau bahkan kita sendiri masih menyanyikan lagu bodoh tersebut.
2)       Kedua lagu “bintang kecil” yang mengajarkan anak buta warna. Perlu bukti?? Kita simak baik-baik lirik lagu tersebut:
“Bintang kecil, dilangit yang biru. Amat banyak menghias angkasa. Aku ingin terbang dan menari. Jauh tinggi ketempat kau berada.”
Dalam lagu ini disebutkan bahwa bintang muncul dilangit yang biru, padahal faktanya bintang itu hanya muncul pada malam hari dan langitnya pun berwarna hitam/gelap bukannya biru. Iya gak??
3)       Ketiga lagu “naik kereta api”, lagu ini jelaslah lagu yang sangat berbahaya bagi anak-anak karena akan menimbulkan sifat pengen gratisan dalam naik kendaraan terutama kereta api. Coba kita buktikan:
“Naik kereta api tut-tut-tut, siapa hendak turut. Ke Bandung, Surabaya. Bolehlah naik dengan percuma. Ayo kawanku lekas naik. Keretaku tak berhenti lama.”
Dalam kata yang digaris bawahi ini, menanamkan persepsi kepada anak bahwa yang namanya naik kereta itu ga usah bayar alias gratis (dengan percuma), ga heran sampai sekarang susah sekali untuk menertibkan para penumpang gelap yang tidak membeli tiket. Terutama untuk jurusan Bandung dan Surabaya. Itu karena apa, mereka menganggap bahwa kereta tersebut miliknya sendiri, sehingga bebas untuk naik kapan saja. (Pantesan aja PJ. KAI ga pernah bisa nertibin, gara-gara lagu ini toh).
4)       Lalu lagu pembodohan lainnya adalah lagu “aku seorang kapiten”. Mau tahu pembodohannya dimana. Kita simak baik-baik:
“Aku seorang kapiten. Mempunyai pedang panjang. Kalau berjalan prok-prok-prok. Aku seorang kapiten…”
Disini dijelaskan bahwa kalau kapiten berjalan suaranya prok-prok-prok. Emangnya tepuk tangan bunyinya gitu. Mestinya kan kalau berjalan yang akan terdengarkan suara sepatunya atau bunyi gesekan pedang panjangnya dengan bajunya itu. Kalau mau bunyinya prok-prok-prok. Mestinya jangan kalau berjalan. Tapi diganti liriknya menjadi: “Aku seorang kapiten. Mempunyai pedang panjang. Kalau bertepuk prok-prok-prok. Aku seorang kapiten…”  (tapi kalau seperti itu, bukan kapiten dong, malah jadi mirip pramuka)
5)       Lalu lagunya susan yang judulnya “cita-citaku” yang mengajarkan kita untuk budaya pamer dan sombong serta malpraktik. Coba kita buktikan.
Cita-citaku. U..u..u..u ingin jadi profeser. Bikin pesawat terbang kubuat sendiri. Kalau bisa terbang. Kuajak mamah kepasar. Dts..
Serta
Cita-citaku. U..u..u..u ingin menjadi dokter, mau nyuntik orang lewat. Enjus-enjus-enjus.
Pada lirik pertama, mengajarkan sifat pamer yang sangat berlebihan, masak ingin mengantar mamah pergi kepasar aja menggunakan pesawat terbang. Emang pasarnya yang mana yang mau dituju. Sombong banget gat uh.
Lebih parah lagi, pada syair yang kedua. Kalau jadi dokter, mau nyuntik orang lewat. Waduh apa ga bahaya tuh. (Masa ga sakit ga apa, ujug-ujug langsung main suntik aja. Emang orang itu dianggep anjing rabies apa???) Ini jelas-jelas suatu tindakan malpraktik. Ga aneh, malpraktik semakin marak dilakukan oleh para dokter.
6)       Lalu lagu “naik delman” yang mengajarkan ketidak sopanan terhadap orang lain, khususnya ornang yang lebih tua dari kita. Mari kita buktikan:
“Pada hari minggu kuturut ayah kekota. Naik delman istimewa kududuk dimuka. Kududuk samping pak kusir yang sedang bekerja. Mengendarai kuda supaya baik jalannya.”
Disini, jelas-jelas sangat tidak sopan, yang namanya duduk ya dikursi lah, masak kita duduk dimuka. Mau delman istimewa kek atau delman biasa kek tetep aja ga boleh lah. Ga aneh kalau sekarang banyak anak yang ga punya sopan-santun.
7)       Lagu “pelangi” yang sarat unsur menanamkan kepikunan sejak dini. Coba perhatikan baik-baik.
“pelangi-pelangi, alangkah indahmu. Merah kuning hijau. Dilangit yang biru. Pelukis mu “agung” siapa gerangan?? Pelangi-pelangi ciptaan tuhan”
Dilagu ini sebenarnya sudah disebutkan siapakah yang melukis pelangi oleh penyanyi sendiri yaitu “agung” tetapi lirik selanjutnya kok sipenyanyi masih nanyain aja siapakah yang ngelukis pelangi. Aneh ga tuh??
lalu selanjutnya, lagu yang membuat kenapa anak2 jaman sekarap pada nguntab/blogdod (red:durhaka) dengan orang tua adalah lagu "ambilkan bulan". bayangin aja, masa sih Ibu dipaksa buat ngelakuin hal yang mustahil dilakuin.dan itu memang mustahil. yup, betul ambilkan bulan bu....
8) Lagu "Potong Bebek Angsa" merupakan lagu pembunuhan yang cenderung menunjukan kebengisan dan kesadisan. coba saja kalian nyanyikan, "potong bebek angsa, angsa dikuali, nona minta dansa dansa 4 kali" kira ada ga sih orang yang tega nyembelih angsa langsung dikualinya.  selain itu, sehabis memotong mereka langsung minta dansa 4 kali lagi dengan nona. ada ga sih orang yang abis motong bebek langsung dikuali lalu dansa 4 kali dengan si nona? sadis kan?.
9) “Bangun tidur ku terus mandi.. tidak lupa menggosok gigi.. habis mandi ku tolong ibu.. membersihkan tempat tidurku..” Perhatikan setelah habis mandi langsung membersihkan tempat tidur. Lagu ini membuat anak-anak tidak bisa terprogram secara baik dalam menyelesaikan tugasnya dan selalu terburu-buru. Sehabis mandi seharusnya si anak pakai baju dulu dan tidak langsung membersihkan tempat tidur dalam kondisi basah dan telanjang!
10) “Naik-naik ke puncak gunung.. tinggi.. tinggi sekali.. kiri kanan kulihat saja.. banyak pohon cemara.. 2X” Lagu ini dapat membuat anak kecil kehilangan konsentrasi, semangat dan motivasi! Pada awal lagu terkesan semangat akan mendaki gunung yang tinggi tetapi kemudian ternyata setelah melihat jalanan yg tajam mendaki lalu jadi bingung dan gak tau mau ngapain, bisanya cuma noleh ke kiri ke kanan aja, gak maju2!
11) “Di pucuk pohon cempaka.. burung kutilang berbunyi.. bersiul2 sepanjang hari dg tak jemu2.. mengangguk2 sambil bernyanyi tri li li..li..li.. li..li..” Ini juga menyesatkan dan tidak mengajarkan kepada anak2 akan realita yg sebenarnya. Burung kutilang itu kalo nyanyi bunyinya cuit..cuit.. cuit..! kalo tri li li li li itu bunyi kalo yang nyanyi orang, bukan burung!
12) “nina bobo oh nina bobo kalau tidak bobo digigit nyamuk”
Anak2 indonesia diajak tidur dgn lagu yg “mengancam”sungguh terlalu, mungkin ini kenapa alasannya banyak terjadi kasus bullying disekolah