HUBUNGAN
ANTARA KOMUNIKASI DENGAN BUDAYA
Sebelum
kita mengetahui apa definisi dari Komunikasi Antar Budaya, kita harus
mengetahui terlebih dahulu tentang hubungan antara komunikasi dengan budaya itu
sendiri. Seperti yang
kita ketahui bersama, Pembicaraan tentang komunikasi akan diawali dengan asumsi
bahwa komunikasi berhubungan dengan kebutuhan manusia dan terpenuhinya
kebutuhan berinteraksi dengan manusia-manusia lainnya. Kebutuhan berhubungan
sosial ini terpenuhi melalui pertukaran pesan yang berfungsi sebagai jembatan
untuk mempersatukan manusia-manusia yang tanpa berkomunikasi akan terisolasi.
Adapun budaya itu sendiri berkenaan dengan cara
hidup manusia. Bahasa, persahabatan, kebiasaan makan, praktek komunikasi,
tindakan-tindakan sosial, kegiatan-kegiatan ekonomi dan politik dan teknologi
semuanya didasarkan pada pola-pola budaya yang ada di masyarakat.
Budaya adalah suatu konsep yang membangkitkan
minat. Secara formal budaya didefinisikan sebagai tatanan pengetahuan,
pengalaman, kepercayaan, nilai, sikap, makna, hirarki, agama, waktu, peranan,
hubungan ruang, konsep alam semesta, objek-objek materi dan milik yang
diperoleh sekelompok besar orang dari generasi ke generasi melalui usaha
individu dan kelompok. (Mulyana, 1996:18)
Budaya dan komunikasi tak dapat dipisahkan satu
sama lain, karena budaya tidak hanya menentukan siapa bicara dengan siap,
tentang apa dan bagaimana orang menyandi pesan, makna yang ia miliki untuk pesan,
dan kondisi-kondisinya untuk mengirim, memperhatikan dan menafsirkan pesan.
Budaya merupakan landasan komunikasi sehingga bila budaya beraneka ragam maka
beraneka ragam pula praktek-praktek komunikasi yang berkembang.
DEFINISI
KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA
Definisi
yang pertama dikemukakan didalam buku “Intercultural Communication: A Reader”
dimana dinyatakan bahwa komunikasi antar budaya
(intercultural communication) terjadi apabila sebuah pesan (message) yang harus
dimengerti dihasilkan oleh anggota dari budaya tertentu untuk konsumsi anggota
dari budaya yang lain (Samovar & Porter, 1994, p. 19).
Definisi
lain diberikan oleh Liliweri bahwa proses komunikasi antar budaya merupakan
interaksi antarpribadi dan komunikasi antarpribadi yang dilakukan oleh beberapa
orang yang memiliki latar belakang kebudayaan yang berbeda (2003, p. 13).
Apapun definisi yang ada mengenai komunikasi antar budaya (intercultural
communication) menyatakan bahwa komunikasi antar budaya terjadi apabila
terdapat 2 (dua) budaya yang berbeda dan kedua budaya tersebut sedang
melaksanakan proses komunikasi.
Menurut Stewart L.
Tubbs, komunikasi antarbudaya
adalah komunikasi antara orang-orang yang berbeda budaya (baik dalam arti ras, etnik, atau perbedaan-perbedaan sosio ekonomi).
Hamid Mowlana menyebutkan komunikasi antarbudaya sebagai human flow across national
boundaries. Misalnya; dalam keterlibatan suatu konfrensi internasional
dimana bangsa-bangsa dari berbagai negara berkumpul dan berkomunikasi satu sama
lain. Sedangkan Fred E. Jandt mengartikan komunikasi antarbudaya sebagai
interaksi tatap muka di antara orang-orang yang berbeda budayanya. (Intercultural communication generally refers to face-to-face interaction
among people of diverse culture).
Guo-Ming Chen dan William
J. Sartosa mengatakan bahwa
komunikasi antarbudaya adalah proses negosiasi atau pertukaran sistem simbolik
yang membimbing perilaku manusia dan membatasi mereka dalam menjalankan
fungsinya sebagai kelompok yang berbeda latar belakang budayanya. Selanjutnya komunikasi antarbudaya itu dilakukan:
- Dengan negosiasi untuk melibatkan manusia di dalam pertemuan antarbudaya yang membahas satu tema (penyampaian tema melalui simbol) yang sedang dipertentangkan. Simbol tidak sendirinya mempunyai makna tetapi dia dapat berarti ke dalam satu konteks dan makna-makna itu dinegosiasikan atau diperjuangkan;
- Melalui pertukaran sistem simbol yang tergantung dari persetujuan antar subjek yang terlibat dalam komunikasi, sebuah keputusan dibuat untuk berpartisipasi dalam proses pemberian makna yang sama;
- Sebagai pembimbing perilaku budaya yang tidak terprogram namun bermanfaat karena mempunyai pengaruh terhadap perilaku kita;
- Menunjukkan fungsi sebuah kelompok sehingga kita dapat membedakan diri dari kelompok lain dan mengidentifikasinya dengan berbagai cara.
Hakikat Komunikasi Antarbudaya
Jelas, karena Komunikasi antar budaya maka mau
tidak mau pasti melibatkan kebudayaan antar kedua belah pihak yang
berkomunikasi. Kebudayaan adalah cara
hidup yang berkembang dan dianut oleh sekelompok orang serta berlangsung dari
generasi ke generasi. Jadi sudah pasti adanya dua fenomena unik,
yaitu Enkulturasi dan Akulturasi.
Enkulturasi
Enkulturasi mengacu pada proses dimana kultur (budaya) ditransmisikan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Kita
mempelajari kultur, bukan mewarisinya. Kultur ditransmisikan melalui proses
belajar, bukan melalui gen. Orang tua, kelompok, teman, sekolah, lembaga keagamaan, dan lembaga pemerintahan merupakan guru-guru utama dibidang kultur. Enkulturasi terjadi melalui
mereka. Contoh adalah
pembelajaran seni Tari Topeng di sanggar Tari Keraton Kacirebonan.
Akulturasi
Akulturasi mengacu pada proses dimana kultur seseorang dimodifikasi melalui kontak
atau pemaparan langsung dengan kultur lain. Misalnya, bila sekelompok imigran kemudian berdiam di Amerika Serikat (kultur tuan rumah), kultur mereka sendiri akan dipengaruhi oleh kultur
tuan rumah ini. Berangsur-angsur, nilai-nilai, cara berperilaku, serta
kepercayaan dari kultur tuan rumah akan menjadi bagian dari kultur kelompok
imigran itu. Pada waktu yang sama, kultur tuan rumah pun ikut berubah.
KOMUNIKASI LINTAS BUDAYA VS KOMUNIKASI ANTAR
BUDAYA
Menurut Joseph
A Devito, dalam bukunya “Communicology an introduction to the study of communication”,Harper & Row, New York, 1976
mengatakan bahwa komunikasi lintas budaya berbeda dengan komunikasi antar
budaya.
Jika komunikasi lintas budaya lebih menekankan
pada perbandingan pola-pola komunikasi antarpribadi diantara peserta komunikasi
yang berbeda kebudayaan, maka studi komunikasi antarbudaya lebih mendekati
objek melalui pendekatan kritik budaya.
Aspek utama dari komunikasi antar budaya adalah
komunikasi antar pribadi diantara komunikator dan komunikan yang kebudayaannya
berbeda. Tidak masalah apakah kejadian itu terjadi dalam satu bangsa atau antar
bangsa yang berbeda, yang jelas adalah budayanya yang berbeda.
KOMUNIKASI TRANSRASIAL VS KOMUNIKASI
INTERNASIONAL
Selanjutnya untuk menghindari ketumpang tindihan
yang sering terjadi maka selanjutnya kita akan membicarakan kajian komunikasi
internasional. Masih dalam buku karya Joseph A. Devito yang sama, dijelaskan
pula perbedaan antara komunikasi transrasial dengan komunikasi internasional.
Komunikasi internasional merupakan komunikasi
yang bersifat interaktif yang menggunakan media. Objek formal komunikasi
internasional senantiasa berhubungan dengan media massa yang dianggap sebagai
agen penyebaran berita-berita internasional dari media “sumber” di satu negara
kepada “penerima” di negara lain. Komunikasi internasional pada umumnya
melibatkan dua atau lebih negara di mana produk komunikasi massa disebarkan
melintasi batas negara melalui struktur jaringan komunikasi tertentu.
Secara lebih spesifik, studi-studi komunikasi
internasional dapat dikategorikan atas pendekatan maupun metodologi sebagai
berikut:
1. Pendekatan peta bumi (geographical approach)
yang membahas arus informasi maupun, liputan internasional pada bangsa atau
negara tertentu, wilayah tertentu, ataupun lingkup dunia, disamping antar
wilayah.
2. Pendekatan media (media approach), adalah
pengkajian berita internasional melalui satu medium atau multi media.
3. Pendekatan peristiwa (event approach) yang
mengkaji satu peristiwa lewat medium.
4. Pendekatan ideologis (ideological approach), yang membandingkan sistem pers antar bangsa atau melihat penyebaran arus berita internasional dari sudut ideologis semata-mata.
4. Pendekatan ideologis (ideological approach), yang membandingkan sistem pers antar bangsa atau melihat penyebaran arus berita internasional dari sudut ideologis semata-mata.
Selanjutnya kita akan membicarakan tentang
komunikasi transrasial. Transrasial berarti melintasi batas rasial. Dalam
antropologi, konsep transrasial ini sama dengan konsep antar etnik. Smith
(1973) mengatakan bahwa kelompok etnik adalah sekelompok orang yang
dipersatukan oleh kesamaan warisan sejarah, kebudayaan, aspirasi, cita-cita dan
harapan, tujuan, bahkan kecemasan dan ketakutan yang sama.
Komunikasi transrasial sebenarnya memiliki
kemiripan dengan komunikasi lintas budaya, hanya saja dalam komunikasi
transrasial lebih diarahkan pada proses komunikasi internasional yang meliputi
komunikasi diantara mereka yang berbeda etnik dan ras. Komunikasi transrasial
bisa berbentuk diadic dan bisa juga berbentuk komunikasi massa.
Ada empat kategorisasi komunikasi transrasial
“diadic” yang didasarkan pada:
1) Kesamaan kodifikasi, yang meliputi proses pembakuan
kode-kode komunikasi/simbol dan “sign” yang tumpang tindih;
2) Kedekatan pengirim dan penerima;
3) masalah perspektif; dan
4) Keterampilan umum berkomunikasi.
MEMAHAMI PERBEDAAN-PERBEDAAN BUDAYA
Budaya adalah gaya hidup unik suatu kelompok
manusia tertentu. Budaya bukanlah sesuatu yang dimiliki oleh sebagian orang dan
tidak dimiliki oleh sebagian orang yang lainnya – budaya dimiliki oleh seluruh
manusia dan dengan demikian seharusnya budaya menjadi salah satu faktor
pemersatu.
Pada dasarnya manusia-manusia menciptakan
budaya atau lingkungan sosial mereka sebagai suatu adaptasi terhadap lingkungan
fisik dan biologis mereka. Individu-individu sangat cenderung menerima dan
mempercayai apa yang dikatakan budaya mereka. Mereka dipengaruhi oleh adat dan
pengetahuan masyarakat dimana mereka tinggal dan dibesarkan, terlepas dari
bagaimana validitas objektif masukan dan penanaman budaya ini pada dirinya.
Individu-individu itu cenderung mengabaikan atau menolak apa yang bertentangan
dengan “kebenaran” kultural atau bertentangan dengan
kepercayaan-kepercayaannya. Inilah yang seringkali merupakan landasan bagi
prasangka yang tumbuh diantara anggota-anggota kelompok lain, bagi penolakan
untuk berubah ketika gagasan-gagasan yang sudah mapan menghadapi tantangan.
Setiap budaya memberi identitas kepada
sekolompok orang tertentu sehingga jika kita ingin lebih mudah memahami
perbedaan-perbedaan yang terdapat dalam msaing-masing budaya tersebut paling
tidak kita harus mampu untuk mengidentifikasi identitas dari masing-masing
budaya tersebut yang antara lain terlihat pada:
• Komunikasi dan Bahasa
Sistem komunikasi, verbal maupun nonverbal,
membedakan suatu kelompok dari kelompok lainnya. Terdapat banyak sekali bahasa
verbal diseluruh dunia ini demikian pula bahasa nonverbal, meskipun bahasa
tubuh (nonverbal) sering dianggap bersifat universal namun perwujudannya sering
berbeda secara lokal.
• Pakaian dan Penampilan
Pakaian dan penampilan ini meliputi pakaian dan
dandanan luar juga dekorasi tubuh yang cenderung berbeda secara kultural.
• Makanan dan Kebiasaan Makan
Cara memilih, menyiapkan, menyajikan dan
memakan makanan sering berbeda antara budaya yang satu dengan budaya yang
lainnya. Subkultur-subkultur juga dapat dianalisis dari perspektif ini, seperti
ruang makan eksekutif, asrama tentara, ruang minum teh wanita, dan restoran
vegetarian.
• Waktu dan Kesadaran akan waktu
Kesadaran akan waktu berbeda antara budaya yang
satu dengan budaya lainnya. Sebagian orang tepat waktu dan sebagian lainnya
merelatifkan waktu.
• Penghargaan dan Pengakuan
Suatu cara untuk mengamati suatu budaya adalah
dengan memperhatikan cara dan metode memberikan pujian bagi perbuatan-perbuatan
baik dan berani, lama pengabdian atau bentuk-bentuk lain penyelesaian tugas.
• Hubungan-Hubungan
Budaya juga mengatur hubungan-hubungan manusia
dan hubungan-hubungan organisasi berdasarkan usia, jenis kelamin, status,
kekeluargaan, kekayaan, kekuasaan, dan kebijaksanaan.
• Nilai dan Norma
Berdasarkan sistem nilai yang dianutnya, suatu
budaya menentukan norma-norma perilaku bagi masyarakat yang bersangkutan.
Aturan ini bisa berkenaan dengan berbagai hal, mulai dari etika kerja atau
kesenangan hingga kepatuhan mutlak atau kebolehan bagi anak-anak; dari
penyerahan istri secara kaku kepada suaminya hingga kebebasan wanita secara
total.
• Rasa Diri dan Ruang
Kenyamanan yang dimiliki seseorang atas dirinya
bisa diekspresikan secara berbeda oleh masing-masing budaya. Beberapa budaya
sangat terstruktur dan formal, sementara budaya linnya lebih lentur dan
informal. Beberapa budaya sangat tertutup dan menentukan tempat seseorang
secara persis, sementara budaya-budaya lain lebih terbuka dan berubah.
• Proses mental dan belajar
Beberapa budaya menekankan aspek perkembangan
otak ketimbang aspek lainnya sehingga orang dapat mengamati perbedaan-perbedaan
yang mencolok dalam cara orang-orang berpikir dan belajar.
• Kepercayaan dan sikap
Semua
budaya tampaknya mempunyai perhatian terhadap hal-hal supernatural yang jelas
dalam agama-agama dan praktek keagamaan atau kepercayaan mereka.
ASUMSI-ASUMSI DALAM
KOMUNIKASI ANTARBUDAYA
“Berbicaralah dengan
bahasa mereka”. Jargon ini adalah kunci
penting dalammewujudkan komunikasi. Seorang komunikator yang baik
adalah mereka yang memiliki kemampuan berbahasa (verbal
dan nonverbal) yang dipahami oleh komunikannya. Sitaram dan Cogdell (1976) menyampaikan, bahwa
komunikasi yang efektif dengan orang lain akan berhasil apabila kita mampu
memilih dan menjalankan teknik-teknik berkomunikasi, serta menggunakan bahasa yang sesuai dengan latar belakang mereka. Atas
dasar uraian di atas, beberapa asumsi komunikasi antarbudaya didasarkan atas hal-hal berikut:
a.Komunikasi antarbudaya
dimulai dengan anggapan dasar bahwa ada perbedaan persepsi antara komunikator
dengan komunikan.
b.Dalam komunikasi
antarbudaya terkandung isi dan relasi antarpribadi.
c.Gaya personal
mempengaruhi komunikasi antarpribadi.
d.Komunikasi antarbudaya
bertujuan mengurangi tingkat ketidakpastian.
e.Komunikasi berpusat pada
kebudayaan.
f. Efektivitas antarbudaya
merupakan tujuan komunikasi antarbudaya (Liliweri, 2003:15).
RUANG LINGKUP KOMUNIKASI
ANTARBUDAYA
Sebagaimana telah diungkapkan di muka,
komunikasi antarbudaya merupakansalah satu bidang studi dari ilmu komunikasi.
Oleh karena itu, komunikasi antarbudaya mempunyai objek formal, yaitu
mempelajari komunikasi antarpribadi yang dilakukan oleh seorang komunikator sebagai produsen pesan dari suatu kebudayaan
dengan konsumen pesan atau komunikan dari kebudayaan yang lain. Komunikasi
antarbudaya berkaitan dengan hubungan timbal
balik antara sifat-sifat yang terkandung dalam komunikasi, kebudayaan yang pada
gilirannya menghasilkan sifat-sifat komunikasi antarbudaya. Pada
dasarnya, ruang lingkup komunikasi antarbudaya tidak jauh berbeda dengan
komunikasi secara umum. Namun yang menjadi penekanannya yaitu pada perbedaan
budaya diantara para peserta komunikasinya.
Berdasarkan analisis sederhana,merumuskan
ruang lingkup komunikasi antarbudaya jdapat ditelusuri dengan cara megintegrasikan
berbagai konseptualisasi tentang dimensi kebudayaan dalam konteks komunikasi antarbudaya. Adapun dimensi yang perlu
diperhatikan adalah:
1. Tingkat masyarakat kelompok budaya dari para
pelaku komunikasi;
2. Konteks sosial tempat terjadinya komunikasi
antarbudaya;
3. Saluran komunikasi yang dilalui oleh
pesan-pesan komunikasi antarbudaya, baik yang
bersifat verbal maupun nonverbal
DAFTAR PUSTAKA
http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/05/komunikasi-antar-budaya-definisi-dan.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Komunikasi_antarbudaya
http://etno06.wordpress.com/2010/01/10/alasan-mempelajari-komunikasi-lintas-budaya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar